Selasa, 13 November 2012

Tugas Wawancara Filsafat



WAWANCARA KARYA FILSAFAT

Disusun Oleh:
1.    Nurul Afni Sinaga ( 12709251057)
2.    Astri Wahyuni (12709251044)
Pertanyaan wawancara filsafat:
1.    Menurut anda berfilsafat itu apa?
Jawab: Berfilsafat menurut saya adalah ilmu yang mencari kebenaran. Mencari kebenaran dari setiap fenomena yang ada atau dari pertanyaan yang ada dalam pemikiran dan filsafat mencoba menjawabnya secara rasional, kritis dan sistematis.
Tanggapan Saya: Setelah membaca jawaban anda sepertinya makna berfilsafat itu sangatlah sempit,  hanya terbatas pada kegiatan berpikir mencari kebenaran.  Jadi, jika saya berpikir untuk menceritakan pengalaman hidup apakah itu bukan termasuk berfilsafat?

2.    Mengapa filsafat lahir di kota Yunani bukan di kota lainnya?
Jawab: Sepengetahuan saya filsafat lahir di Yunani tidak di kota lain karena kota Yunani tidak mempersoalkan perbedaan status sosial (kasta) sehingga orang-orang pintar dapat dengan bebas menyampaikan ilmu filsafat itu sendiri.
Tanggapan Saya: Dengan jawaban saudara saya sudah mulai paham mengapa filsafat itu muncul dikota yunani bukan kota lain, timbul satu pertanyaan di pikiran saya tidak adakah peran ilmu pengetahuan yang ada pada masa tersebut mempengaruhi munculnya filsafat di Yunani?

3.    Bagaimana  mempelajari filsafat dengan baik dan benar?
Jawab: Mempelajari filsafat yang baik dan benar adalah dengan terus bertanya dan bertanya lalu mencari jawaban rasional dari setiap jawaban tersebut dengan landasan ketuhanan dan teori yang sahih. Dasar dari mempelajari filsafat itu adalah rasa percaya, maka pada akhirnya jawaban kita haruslah benar menurut hati dan pemikiran kita. Jika kita mencari jawaban dengan pemikiran dan logika tinggi tetapi hati kita tidak mempercayai apa yang kita cari, kita belum dikatakan berfilsafat.
Tanggapan Saya: Terimakasih atas jawabannya, saya rasa jawaban anda sudah cukup memuaskan.

4.    Bagaimana cara anda membangun filsafat?
Jawab : Cara saya membangun filsafat adalah dengan mensintesis pengalaman-pengalaman saya dan merefleksikannya untuk mendapatkan suatu kebaikan. Dari filsafat-filsafat yang telah kita pahami dan pelajari dapat kita kembangkan untuk menemukan ilmu baru dan dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, ketika itulah filsafat itu telah kita bangun.
Tanggapan Saya: Saya masih kurang jelas dengan jawaban saudara, jika membangun filsafat dapat dilakukan dengan mensintesis pengalaman hidup, lantas pengalaman seperti apa saja yang dapat kita sintesis dan dijadikan salah satu cara untuk membangun filsafat?

5.    Dapatkah mensistesis pengalaman itu dikatakan membangun filsafat?
Jawab: Ya, menurut saya mensintesis pengalaman dapat dikatakan membangun filsafat karena dengan mensintesis pengalaman berarti kita telah memadukan tesis dan antitesis dimana dalam proses memadukan tesis dan antitesis tersebut kita telah melakukan filsafat. Sintesis tadi pada hakekatnya adalah Tesis baru sehingga pada saatnya akan mendapatkan reaksi baru yaitu Antitesis dan dengan demikian akan membutuhkan Sintesis yang baru lagi. Demikianlah seterusnya langkah-langkah tadi berulang kembali. Maka setiap proses tersebut terjadi, disitulah proses membangun filsafat itu terjadi.
Tanggapan Saya: Saya tidak dapat memahami maksud anda karena kalimatnya masih sangat membingungkan  dan saya tidak dapat memberikan tanggapan lebih lanjut.

6.    Apakah yang anda ketahui mengenai filsafat jiwa alkindi itu?
Jawab: Sejauh yang saya tahu filsafat jiwa alkindi itu adalah membicarakan roh dimana menurut Al-kindi roh itu tidak sederhana tetapi memiliki arti penting. Disini membicarakan bagaimana roh menggapai segala hakekat jika masih terkungkung didalam badan dimana Al-kindi beranggapan bahwa keadaan badan memiliki hawa nafsu dan sifat pemarah tetapi roh menentang sifat tersebut. Dari sini didapatlah suatu permasalahan dari badan dan roh yang menyatu tetapi memiliki sifat yang saling bertentangan.
Maka menurut Al-kindi jika manusia ingin menggapai segala hakekat yang ada maka dia harus melepaskan segala hawa nafsu dan sifat pemarah yang ada di dalam tubuhnya. Melepaskan diri dari sifat tersebut dengan cara meninggalkan dunia dan berfikir. Ketika roh sudah mampu meninggalkan keinginan badan, maka roh akan menjadi suci dan mampu mendapatkan gambaran segala hakekat.
Tanggapan Saya: Hakekat seperti apa yang ingin anda gapai dalam penjelasan ini? Jika kita membicarakan tentang roh dan segala bentuknya maka tidak akan kita dapati jawaban yang pasti, dari itu darimana anda bisa mengatakan bahwa untuk menggapai hakekat kita harus menanggalkan semua sifat buruk yang ada pada diri kita?

7.    Menurut anda, benarkah filsafat alkindi itu? Berikan alasan anda.
Jawab: Menurut saya filsafat jiwa Al-kindi itu bisa dikatakan benar karena pada dasarnya jika kita ingin kembali suci dan mampu menggapai segala hakekat kita harus memisahkan sifat yang ada pada diri kita dengan jiwa kita. Ketika kita ingin menggapai hakekat kita harusnya tida memikirkan apapun, yang ada hanya jiwa kita dan Tuhan.
Tanggapan Saya: Kembali saya tegaskan bahwa belum jelas sebenarnya anda ingin mencapai hakekat yang bagaimana dalam menjawab pertanyaan saya? Apakah ingin menggapai hakekat Tuhan? Jika benar dapat saya simpulkan bahwa tidak akan ada usaha yang mampu menemukan hakekat Tuhan itu sendiri, begitu juga mengenai hakekat roh karena hal yang demikian itu adalah urusan Allah.

8.    Al-Razi adalah seorang rasionalis ekstrim yang hanya percaya pada kekuatan akal dan tidak percaya pada wahyu dan perlunya nabi-nabi. Ia berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan mengatur hidup manusia di dunia ini. Manusia pada dasarnya memiliki daya berpikir yang sama besarnya, perbedaan timbul hanya karena berlainan pendidikan dan perkembangannya. Nabi-nabi menurut pendapatnya membawa kehancuran bagi manusia dengan ajaran-ajaran mereka yang saling bertentangan. Bagaimana menurut anda, jika Al-Razi menggunakan kekuataan pikirannya untuk memikirkan hal yang demikian?
Jawaban: Menurut saya jika Al-Razi menggunakan kekuatan fikirannya maka yang terjadi adalah kehancuran. Menurut Al-Razi adalah hal baik dan buruk dapat kita tentukan sendiri melalui akal kita, maka sejatinya Tuhan itu tidak ada gunanya. Tetapi seperti yang kita ketahui manusia memiliki pola pikir dan cara pandang yang berbeda, jika kita menggunakan akal masing-masing sebagai pondasi iman kita maka akan ada banyak paham yang akan tercipta dan ketika ada paham yang saling bertentangan akan menimbulkan kerusuhan karena pada dasarnya manusia tidak akan mau disalahkan atas apa yang dianggapnya benar. Maka disaat itulah dibutuhkan suatu landasan kepercayaan seperti Tuhan. Jika paham Al-Razi ini digunakan maka kedamaian dibumi tidak akan pernah tercipta.
Tanggapan Saya: Terimakasih atas jawabannya, saya juga tidak sependapat jika Al-Razi mengatakan bahwa kekuatan pikiran (rasional) digunakan untuk pedoman hidup, akal pikiran mempunyai batas kemampuan untuk memikirkan segala sesuatu hal. Seharusnya konsep Ketuhanlah yang menjadi pondasi dalam hidup, karena Allah yang menciptakan bumi ini dan mengetahui atas segala sesuatunya baik di dunia dan di akhirat kelak.

9.    Dimana letak batasan berfilsafat itu?
Jawab: Letak batasan filsafat adalah landasan filsafat itu sendiri. Filsafat haruslah berlandaskan Tuhan, hati dan teori yang relevan. Jika kita sudah keluar dari landasan tersebut, maka saat itu kita dikatakan keluar dari batasan tersebut. Contohnya kita tidak boleh bertanya-tanya dan mencari tahu apa yang terjadi pada kita saat kita berada didalam kubur, kita hanya harus percaya pada apa yang kita yakini. Maka sejatinya batasan filsafat tersebut terletak pada landasan filsafat itu sendiri.
Tanggapan Saya: Saya setuju dengan pendapat saudara bahwa batasan berfilsafat itu
Saat kita berfilsafat tidak boleh melebihi batas kemampuan pemikiran misalnya memikirkan hakekat roh, hakekat Tuhan dan lain sebagainya karena hal yang demikian itu adalah urusan Allah SWT.

10.    Apa tujuan akhir berfilsafat?
Jawab: Tujuan akhir berfilsafat adalah untuk mendapatkan kebenaran dari pertanyaan-pertanyaan dan memberikan gagasan (alasan) dari jawaban dari kebenaran tersebut. Kebenaran tersebut dapat dikembangkan menjadi ilmu baru yang pada akhirnya ilmu tersebut dapat menciptakan filsafat baru lagi, begitu seterusnya. Dan Tujuan yang paling penting dari filsafat itu sendiri adalah jika dapat berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Tanggapan Saya: Terimakasih atas jawabannya, semoga segala upaya kita dalam berfilsafat dan meningkatkan karya dalam filsafat  tersebut dapat berkontribusi dalam membangun filsafat.

11.    Pengalaman apa yang anda dapatkan setelah saya wawancara?
Jawab: Awalnya saya sedikit kebingungan, tetapi karena dalam beberapa bulan ini saya mempelajari filsafat maka sedikit banyaknya saya mampu menjawab pertanyaan anda dengan ilmu yang sudah saya dapatkan tentang filsafat. Saya tahu ilmu saya belum terlalu banyak dalam mendalami filsafat karena itu mungkin jawaban saya pada pertanyaan-prtanyaan anda belumlah maksimal. Mungkin tanggapan-tanggapan anda nantinya dapat melengkapi jawaban saya walaupun tidak akan pernah mencapai kata sempurna, karena kesempurnaan sejatinya hanya milik Allah SWT.  Dan jawaban serta tanggapan anda nantinya akan menjadi lebih lengkap dan maksimal lagi jika bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Tanggapan Saya: Teriamakasih atas partisipasinya dan semua jawaban yang telah diberikan pada wawancara kali ini, untuk lebih jelasnya akan kita dapat jika Bapak sMarsigit berkenan memberi penjelasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar