WAWANCARA KARYA FILSAFAT
Disusun Oleh:
1.
Nurul
Afni Sinaga ( 12709251057)
2.
Astri
Wahyuni (12709251044)
Pertanyaan
wawancara filsafat:
1. Menurut
anda berfilsafat itu apa?
Jawab:
Berfilsafat menurut saya adalah ilmu yang mencari kebenaran. Mencari kebenaran
dari setiap fenomena yang ada atau dari pertanyaan yang ada dalam pemikiran dan
filsafat mencoba menjawabnya secara rasional, kritis dan sistematis.
Tanggapan
Saya: Setelah membaca jawaban anda sepertinya makna berfilsafat
itu sangatlah sempit, hanya terbatas
pada kegiatan berpikir mencari kebenaran.
Jadi, jika saya berpikir untuk menceritakan pengalaman hidup apakah itu
bukan termasuk berfilsafat?
2. Mengapa
filsafat lahir di kota Yunani bukan di kota lainnya?
Jawab:
Sepengetahuan saya filsafat lahir di Yunani tidak di kota lain karena kota
Yunani tidak mempersoalkan perbedaan status sosial (kasta) sehingga orang-orang
pintar dapat dengan bebas menyampaikan ilmu filsafat itu sendiri.
Tanggapan
Saya: Dengan jawaban saudara saya sudah mulai paham
mengapa filsafat itu muncul dikota yunani bukan kota lain, timbul satu
pertanyaan di pikiran saya tidak adakah peran ilmu pengetahuan yang ada pada
masa tersebut mempengaruhi munculnya filsafat di Yunani?
3. Bagaimana mempelajari filsafat dengan baik dan benar?
Jawab:
Mempelajari filsafat yang baik dan benar adalah dengan terus bertanya dan
bertanya lalu mencari jawaban rasional dari setiap jawaban tersebut dengan
landasan ketuhanan dan teori yang sahih. Dasar dari mempelajari filsafat itu
adalah rasa percaya, maka pada akhirnya jawaban kita haruslah benar menurut
hati dan pemikiran kita. Jika kita mencari jawaban dengan pemikiran dan logika
tinggi tetapi hati kita tidak mempercayai apa yang kita cari, kita belum
dikatakan berfilsafat.
Tanggapan
Saya: Terimakasih atas jawabannya, saya rasa jawaban anda
sudah cukup memuaskan.
4. Bagaimana
cara anda membangun filsafat?
Jawab
:
Cara saya membangun filsafat adalah dengan mensintesis pengalaman-pengalaman
saya dan merefleksikannya untuk mendapatkan suatu kebaikan. Dari
filsafat-filsafat yang telah kita pahami dan pelajari dapat kita kembangkan
untuk menemukan ilmu baru dan dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan orang
lain, ketika itulah filsafat itu telah kita bangun.
Tanggapan
Saya: Saya masih
kurang jelas dengan jawaban saudara, jika membangun filsafat dapat dilakukan
dengan mensintesis pengalaman hidup, lantas pengalaman seperti apa saja yang
dapat kita sintesis dan dijadikan salah satu cara untuk membangun filsafat?
5. Dapatkah
mensistesis pengalaman itu dikatakan membangun filsafat?
Jawab:
Ya, menurut saya mensintesis pengalaman dapat dikatakan membangun filsafat
karena dengan mensintesis pengalaman berarti kita telah memadukan tesis dan
antitesis dimana dalam proses memadukan tesis dan antitesis tersebut kita telah
melakukan filsafat. Sintesis tadi pada hakekatnya adalah Tesis baru sehingga
pada saatnya akan mendapatkan reaksi baru yaitu Antitesis dan dengan demikian
akan membutuhkan Sintesis yang baru lagi. Demikianlah seterusnya
langkah-langkah tadi berulang kembali. Maka setiap proses tersebut terjadi,
disitulah proses membangun filsafat itu terjadi.
Tanggapan
Saya: Saya tidak dapat memahami maksud anda karena
kalimatnya masih sangat membingungkan
dan saya tidak dapat memberikan tanggapan lebih lanjut.
6. Apakah
yang anda ketahui mengenai filsafat jiwa alkindi itu?
Jawab:
Sejauh yang saya tahu filsafat jiwa alkindi itu adalah membicarakan roh dimana
menurut Al-kindi roh itu tidak sederhana tetapi memiliki arti penting. Disini
membicarakan bagaimana roh menggapai segala hakekat jika masih terkungkung
didalam badan dimana Al-kindi beranggapan bahwa keadaan badan memiliki hawa
nafsu dan sifat pemarah tetapi roh menentang sifat tersebut. Dari sini
didapatlah suatu permasalahan dari badan dan roh yang menyatu tetapi memiliki
sifat yang saling bertentangan.
Maka menurut Al-kindi
jika manusia ingin menggapai segala hakekat yang ada maka dia harus melepaskan
segala hawa nafsu dan sifat pemarah yang ada di dalam tubuhnya. Melepaskan diri
dari sifat tersebut dengan cara meninggalkan dunia dan berfikir. Ketika roh
sudah mampu meninggalkan keinginan badan, maka roh akan menjadi suci dan mampu
mendapatkan gambaran segala hakekat.
Tanggapan
Saya: Hakekat seperti apa yang ingin anda gapai dalam
penjelasan ini? Jika kita membicarakan tentang roh dan segala bentuknya maka
tidak akan kita dapati jawaban yang pasti, dari itu darimana anda bisa
mengatakan bahwa untuk menggapai hakekat kita harus menanggalkan semua sifat
buruk yang ada pada diri kita?
7. Menurut
anda, benarkah filsafat alkindi itu? Berikan alasan anda.
Jawab:
Menurut saya filsafat jiwa Al-kindi itu bisa dikatakan benar karena pada
dasarnya jika kita ingin kembali suci dan mampu menggapai segala hakekat kita
harus memisahkan sifat yang ada pada diri kita dengan jiwa kita. Ketika kita
ingin menggapai hakekat kita harusnya tida memikirkan apapun, yang ada hanya
jiwa kita dan Tuhan.
Tanggapan
Saya: Kembali saya tegaskan bahwa belum jelas sebenarnya
anda ingin mencapai hakekat yang bagaimana dalam menjawab pertanyaan saya?
Apakah ingin menggapai hakekat Tuhan? Jika benar dapat saya simpulkan bahwa
tidak akan ada usaha yang mampu menemukan hakekat Tuhan itu sendiri, begitu
juga mengenai hakekat roh karena hal yang demikian itu adalah urusan Allah.
8. Al-Razi
adalah seorang rasionalis ekstrim yang hanya percaya pada
kekuatan akal dan tidak percaya pada wahyu dan perlunya nabi-nabi. Ia
berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui apa yang baik dan apa
yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan mengatur hidup manusia di dunia ini.
Manusia pada dasarnya memiliki daya berpikir yang sama besarnya, perbedaan
timbul hanya karena berlainan pendidikan dan perkembangannya. Nabi-nabi
menurut pendapatnya membawa kehancuran bagi manusia dengan ajaran-ajaran mereka
yang saling bertentangan. Bagaimana menurut anda, jika Al-Razi menggunakan
kekuataan pikirannya untuk memikirkan hal yang demikian?
Jawaban: Menurut saya jika Al-Razi menggunakan kekuatan fikirannya maka yang
terjadi adalah kehancuran. Menurut Al-Razi adalah hal baik dan buruk dapat kita
tentukan sendiri melalui akal kita, maka sejatinya Tuhan itu tidak ada gunanya.
Tetapi seperti yang kita ketahui manusia memiliki pola pikir dan cara pandang
yang berbeda, jika kita menggunakan akal masing-masing sebagai pondasi iman
kita maka akan ada banyak paham yang akan tercipta dan ketika ada paham yang
saling bertentangan akan menimbulkan kerusuhan karena pada dasarnya manusia
tidak akan mau disalahkan atas apa yang dianggapnya benar. Maka disaat itulah
dibutuhkan suatu landasan kepercayaan seperti Tuhan. Jika paham Al-Razi ini
digunakan maka kedamaian dibumi tidak akan pernah tercipta.
Tanggapan
Saya: Terimakasih atas jawabannya, saya juga tidak
sependapat jika Al-Razi mengatakan bahwa kekuatan pikiran (rasional) digunakan
untuk pedoman hidup, akal pikiran mempunyai batas kemampuan untuk memikirkan
segala sesuatu hal. Seharusnya konsep Ketuhanlah yang menjadi pondasi dalam
hidup, karena Allah yang menciptakan bumi ini dan mengetahui atas segala
sesuatunya baik di dunia dan di akhirat kelak.
9. Dimana
letak batasan berfilsafat itu?
Jawab:
Letak batasan filsafat adalah landasan filsafat itu sendiri. Filsafat haruslah
berlandaskan Tuhan, hati dan teori yang relevan. Jika kita sudah keluar dari
landasan tersebut, maka saat itu kita dikatakan keluar dari batasan tersebut.
Contohnya kita tidak boleh bertanya-tanya dan mencari tahu apa yang terjadi
pada kita saat kita berada didalam kubur, kita hanya harus percaya pada apa
yang kita yakini. Maka sejatinya batasan filsafat tersebut terletak pada landasan
filsafat itu sendiri.
Tanggapan
Saya: Saya setuju dengan pendapat saudara bahwa batasan
berfilsafat itu
Saat kita berfilsafat
tidak boleh melebihi batas kemampuan pemikiran misalnya memikirkan hakekat roh,
hakekat Tuhan dan lain sebagainya karena hal yang demikian itu adalah urusan
Allah SWT.
10. Apa
tujuan akhir berfilsafat?
Jawab:
Tujuan akhir berfilsafat adalah untuk mendapatkan kebenaran dari pertanyaan-pertanyaan
dan memberikan gagasan (alasan) dari jawaban dari kebenaran tersebut. Kebenaran
tersebut dapat dikembangkan menjadi ilmu baru yang pada akhirnya ilmu tersebut
dapat menciptakan filsafat baru lagi, begitu seterusnya. Dan Tujuan yang paling
penting dari filsafat itu sendiri adalah jika dapat berguna bagi diri sendiri
dan orang lain.
Tanggapan
Saya: Terimakasih atas jawabannya, semoga segala upaya
kita dalam berfilsafat dan meningkatkan karya dalam filsafat tersebut dapat berkontribusi dalam membangun
filsafat.
11.
Pengalaman apa yang anda dapatkan
setelah saya wawancara?
Jawab:
Awalnya saya sedikit kebingungan, tetapi karena dalam beberapa bulan ini saya
mempelajari filsafat maka sedikit banyaknya saya mampu menjawab pertanyaan anda
dengan ilmu yang sudah saya dapatkan tentang filsafat. Saya tahu ilmu saya
belum terlalu banyak dalam mendalami filsafat karena itu mungkin jawaban saya
pada pertanyaan-prtanyaan anda belumlah maksimal. Mungkin tanggapan-tanggapan
anda nantinya dapat melengkapi jawaban saya walaupun tidak akan pernah mencapai
kata sempurna, karena kesempurnaan sejatinya hanya milik Allah SWT. Dan jawaban serta tanggapan anda nantinya akan
menjadi lebih lengkap dan maksimal lagi jika bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Tanggapan
Saya: Teriamakasih atas partisipasinya dan semua jawaban
yang telah diberikan pada wawancara kali ini, untuk lebih jelasnya akan kita
dapat jika Bapak sMarsigit berkenan memberi penjelasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar