NAMA : ASTRI WAHYUNI
NIM : 12709251044
TUGAS : REFLEKSI FILSAFAT ILMU
Kita ketahui bahwa untuk berfilsafat awalnya kita selalu
mempunyai pertanyaan dalam hati ataupun pertanyaan yang di lisankan atau
dilafalkan. Setelah itu baru kita mencari tahu tentang apa yang kita
pertanyakan guna mencari tahu kebenaran atau hakikat dari hal yang kita
pertanyakan. Pertanyaan itu berdimensi, didalamnya terdapat pertanyaan yang ada
dan yang mungkin ada, kita bebas bertanya tentang hal apapun mengenai hal yang
menyangkut dunia ataupun akhirat. Namun hendaknya kita juga tahu hal apa saja
yang bisa dipertanyakan, karena bertanya juga harus sopan terhadap ruang dan
waktu. Mengapa demikian? Karena saat pertanyaan kita salah ruang dan salah
waktu bisa saja orang yang kita tanya tidak tertarik untuk menjawabnya, atau bahkan
ia marah karena merasa terganggu atau tidak dihargai.
Jika saya katakan bertanya itu dapat membangun ilmu, maka
sah-sah saja karena semua pemikiran itu sifatnya relatif dan tergantung
bagaimana kita merelialisasikannya. Dan adakah pertanyaan yang meruntuhkan ilmu
pengetahuan? Jawabannya pasti ada, adapun pertanyaan yang meruntuhkan
pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sudah melampaui batas intuisi yang benar.
Contohnya saat kita bertanya pada diri sendiri ataupun bertanya pada orang lain
mengenai “Bisakah Allah menciptakan makhluk yang lebih kuat dari pada
diri-Nya?” Astagfirullah.... maka mintalah ampun pada Allah saat kita meragukan
kekuasaan Allah, dan berhati-hatilah dalam memikirkan segala sesuatu yang
menyangkut dzat maha sempurna Allah SWT. Karena yang demikian itu perkara
keimanan kita dan merupakan hal yang tidak dapat kita jawab dengan sempurna,
masalah tauhid tidak bisa dijawab dan dipecahkan dengan akal pikiran manusia.
Hal yang demikian itu memang sudah ada ketetapannya, bukan rekayasa pemikiran
manusia.
Jika demikian maka pikirkanlah hal yang pantas untuk di
pikirkan, misalnya memikirkan bagaimana cara meningkatkan keimanan terhadap
Allah SWT? Hal ini sangat bermanfaat bagi kita dan sangat bermanfaat bagi orang
lain jika dishare kepada orang lain, seperti yang saya ketahui dari pernyataan
dosen filsafat yaitu Bapak Marsigit.. ia menyatakan bahwa saat kita tidak mau
tau tentang segala sesuatu maka bisa digambarkan bahwa pengetahuan kita seperti
benih kacang yang tak berkembang, maka niatkanlah dalam hatimu untuk mencari
tahu bagaimana meningkatkan keimanan, mengamalkan segala ibadah, sehingga benih
tersebut dapat berkembang dan tumbuh besar, berbuah dan bermanfaat bagi orang
lain. Subhanallah... semoga kita menjadi orang yang mampu terus berkembang
menuju kearah yang lebih baik, aamiin...
Pertanyaan:
1. Dimanakah
batas maksimal usaha kita dalam hidup ini?
2. Pencapaian
hidup yang bagaimana seharusnya kita gapai?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar